📚OneDayOneSirohJilid2📚📗MATERI 011 - 20📙Rasulullah di Kota Kelahiran

🌴🌴🌴🐪🌴🌴🌴

📚OneDayOneShiroh-ll📚

📕MATERI 011📒

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

 💟Rasulullah di Kota Kelahiran💟

Agar orang-orang tidak lagi mengunjungi Ka'bah, dia membangun gereja megah di Sana'a ,ibukota Yaman. Gereja itu terbuat dari marmer dan kayu berlapis emas. Gereja itu dinamai Al Qulaisy. Setelah gereja itu selesai dibangun, Abrahah menulis surat kepada Najashi.

"Wahai Raja, aku telah mendirikan gereja untukmu. Belum pernah ada raja yang membangun gereja seperti itu sebelumnya. Aku tidak akan pernah berhenti bekerja sampai ziarah bangsa Arab beralih ke arahnya."

Abrahah memaksa penduduk Yaman untuk bekerja siang malam. Pilar-pilar granit diambil dari bekas istana Ratu Balqis. Salipnya dibuat dari emas dan perak, mimbarnya dihiasi gading gajah

"Hahaha," Abrahah tertawa puas. "Semua orang akan senang mendatangi Al Qulaisy," pikir Abrahah. "Bangunan Ka'bah tidak ada apa-apanya. Ka'bah akan dilupakan dan mereka akan masuk agama Nasrani."

"Kunjungi Al-Qulaisy dan lupakan Ka'bah," serunya.

----
 Orang-orang Arab menjadi marah. Mana mungkin mereka melupakan Ka'bah? Bangunan itu peninggalan nenek moyang mereka, Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Nabi Ismail Alaihissalam.

Suatu hari masuklah seorang laki-laki dari bani Malik bin Kinanah mengobrak-abrik dan mengotori Al-Qulaisy.

"Siapa yang berani melakukan ini!" Wajah Abrahah memerah, kakinya menghentak-hentak.

"Kalian akan menyesal!"  desis Abrahah  dengan mata melotot. "Aku akan menghancurkan Ka'bah!"

Abrahah segera menyiapkan tentara berjumlah 60.000 orang. Di bagian depan berbaris 9 sampai 13 ekor gajah. Abrahah menunggangi gajah paling besar yang bernama Mahmud.

Bam! Bam! Bam!

Rombongan tentara itu berjalan menuju Mekkah. Suara langkah mereka berdebam membuat semua penduduk negeri yang dilewati  menjadi gentar.  Berhasilkah Abrahah dan tentaranya menghancurkan Ka'bah?

----
Pasukan tentara bergajah segera bergerak. Pasukan kabilah Arab yang menghadang berhasil dikalahkan. Sampailah pasukan di Mughammas. letaknya sekitar 24 km sebelah timur Ka'bah.

"Berhenti! Kita berkemah di sini. Sebagian pasukan maju terus ke Mekkah. Rebut semua harta mereka!" seru Abrahah.

Bergeraklah sebagian pasukan ke Mekkah. Pasukan itu dipimpin Ustad Al Aswad bin Maqsud. Mereka kembali membawa harta milik orang-orang Tihamah, diantaranya 200 ekor unta miliki Abdul Muthalib.

Abrahah lalu mengutus Hunathah Al  Himyari. "Tanyakan siapakah pemimpin negeri ini?" pesan Abrahah.

Lalu Hunathah berkata kepada penduduk Mekah, "Sungguh kami tidak datang untuk memerangimu, kami datang untuk menghancurkan Ka'bah. Jika kalian tidak menghalangi, kita tidak perlu berperang. Kalau kalian yang ingin berdamai, datangkan pemimpin kalian kepadaku."

Abdul Muthalib dibawa menemui Abrahah. Abrahah mengira Abdul Muthalib akan memohon untuk menghentikan serangan. "Apa keperluanmu datang kemari?" tanya Abrahah dengan congkak.

"Kembalikan 200 ekor unta milikku!" ujar Abdul Muthalib tenang.

----
"Apa?!" Abrahah terbelalak. "Mengapa engkau lebih mengkhawatirkan untamu? Padahal kami datang ke sini untuk menghancurkan Ka'bah!"

"Unta-unta itu milikku, sedangkan Ka'bah milik Allah. Allah yang akan melindunginya," jawab Abdul Muthalib.

 "Tidak mungkin Tuhanmu memberikan perlindungan dari seranganku," kata Abrahah.

 "Terserah padamu," jawab Abdul Muthalib.

Abrahah mengembalikan unta dengan wajah geram sekaligus heran.

Kemudian Abdul Muthalib berpesan,"Hai kaumku tinggalkanlah Mekah. Berlindunglah ke bukit. Sungguh aku melihat pasukan Abrahah mustahil kita lawan."

Bersama beberapa tokoh Quraisy, Abdul Muthalib berdoa sambil memegang rantai pintu Ka'bah, "Ya Allah, sesungguhnya seorang manusia menjaga tempat tinggalnya, maka jagalah rumah-Mu. Takkan pernah menang Salib dan kekuatan mereka besok atas kekuatan-Mu."

Pagi menjelang. Abrahah menyiapkan pasukannya untuk menyerang Ka'bah. Pasukan  gajah bergerak lagi

Bam! Bam! Bam! Bam!
----
Mereka sampai di Lembah Muhassir, diantara Muzdalifah dan Mina. Tiba-tiba, gajah tidak mau bergerak. Ketika diarahkan ke tempat lain, gajah bergerak cepat. Namun ketika diarahkan ke Mekah hewan besar itu diam.

"Pawooo, pawooo," jerit gajah pilu.

Perut Mahmud ditusuk dengan tongkat, namun ia tetap tidak mau bergerak. Kepalanya dipukul, tidak juga dia bangkit. Namun tiap kali diarahkan Ke Yaman, gajah itu berlari penuh semangat.

Saat itulah langit menjadi gelap, serombongan burung menukik cepat. Setiap burung membawa 3 batu, 1 di paruh, 2 dijepit di kaki. Batu itu sebesar kacang.

"Aaaa! Tolooong!" pasukan lari kocar-kacir. Setiap yang terkena lemparan batu akan mati. Tubuh mereka koyak berlubang-lubang seperti daun dimakan ulat.

 Abrahah berusaha kabur namun tidak ada yang luput dari lemparan burung. Abraha terus berjalan dengan tubuh yang koyak, sebelum sampai di Sana'a dia tewas.

Pada tahun itu lahirlah seorang bayi mulia, siapakah dia?

----
"Wahai orang-orang Yahudi!" seorang laki-laki berteriak.

Penduduk Yatsrib yang masih lelap tersentak. Siapa yang berteriak? Dengan wajah masam mereka mendatangi asal suara.

Seorang laki-laki tengah berdiri di menara. Sesekali wajahnya menatap langit sambil terus berteriak nyaring.

"Hai orang-orang Yahudi!"

"Celaka engkau!" jerit orang-orang.

"Ada apa? Apa ada musuh yang akan menyerang kita?" teriak yang lain.

"Bukan, bukan itu!" jawabnya sambil mengusap peluh.

"Lalu apa? Mengganggu tidur kami saja!" gerutu penduduk.

"Bintang Ahmad telah terbit, dia telah lahir!" suara laki-laki itu bergetar. Ada kepanikan dan ketakutan di sorot matanya.

Bintang Ahmad adalah bintang yang dinyatakan oleh Taurat sebagai pertanda kelahiran nabi terakhir. Apakah benar telah lahir? Dimana? Semua orang berpandangan, takut sekaligus penasaran.

----
Di tempat lain kejadian aneh terjadi. Patung berhala di seluruh Jazirah Arab roboh.  Di Persia, api abadi di kuil para penganut Majusi tiba-tiba padam, padahal api itu dijaga siang malam.

Ajaib! Itulah pertanda dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

 Pada saat yang sama, di Kota Mekah yang damai lahir seorang bayi laki-laki, dia adalah putra Abdullah bin Abdul Muthalib. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Pada saat melahirkan, Aminah melihat seberkas cahaya keluar dari tubuhnya. Diakah bintang Ahmad itu?

Dialah  Ahmad yang disebut dalam Taurat dan Injil. Nabi dan rasul terakhir yang akan membawa ajaran Islam yang sempurna. Dialah Muhammad pembawa kebenaran.

Dengan tergopoh -gopoh seorang utusan Aminah binti Wahab pergi ke rumah Abdul Muthalib.

"Telah lahir bayi laki-laki untukmu," ujar perempuan itu sambil tersenyum.

Abdul Muthalib langsung berdiri. Dia bergegas pergi ke rumah putranya.

----
Seorang budak perempuan bernama Tsulaibah juga berlari ke rumah tuannya, Abu Lahab. "Tuan-tuan!"

"Ada apa. Tsuwaibah? Mengapa berteriak memanggilku?" seru Abu Lahab.

"Kabar gembira, Tuan," seru Tsulaibah. "Kabar gembira."

"Ada apa? Cepat katakan!" Abu Lahab tidak sabar.

"Putra saudara anda telah lahir. Laki-laki sehat dan tampan. Putra tuan Abdullah telah lahir."

Mata Abu Lahab berbinar. Tanpa sadar, ia melompat-lompat senang, seperti anak kecil.

"Syukurlah, Abdullah memiliki putra."

Abu Lahab segera berlari untuk mengabarkan hal itu kepada yang lain. Kegembiraan meliputi kediaman keluarga besar Abdul Muthalib, seluruh keluarga bersyukur atas kelahiran putra Abdullah, seorang bayi laki-laki sehat dan tampan telah lahir.

Kelak dia bukan hanya akan membawa kegembiraan untuk keluarga, tetapi juga kepada seluruh dunia.

"Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata, "Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku yang namanya Ahmad (Muhammad). (Al Qur'an surat As Shaf ayat 6)

Siapakah nama anak yang lahir tersebut? Bagaimana kisah hidup selanjutnya?

----

Abdul Muthalib telah tiba di rumah sederhana, tempat Aminah melahirkan putranya. Perempuan  mulia itu masih terbaring lemah, bayi laki-lakinya berbaring di sisi-nya.

"Aminah," sapa Abdul Muthalib lembut. Menantunya itu membuka mata lalu tersenyum.
Gemetar tangan Abdul Muthalib mengangkat cucunya. Dialah Putra Abdullah yang telah tiada. Bayi yatim sejak di kandungan ibunya. Abdul Muthalib merasa gembira sekaligus sedih teringat putranya. Air matanya bercucuran.

"Alhamdulillah," ujar Abdul Muthalib, "Dia tampan dan sehat," diciumnya cucunya.

Bergegas dibawanya bayi itu ke Baitullah. Abdul Muthalib bertawaf di Baitullah. Dia berdoa dan bersyukur kepada Allah semata. Dia memilihkan nama Muhammad untuk cucunya. Muhammad artinya terpuji, sama dengan Ahmad.

 Muhammad dikhitan pada hari ketujuh, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh orang-orang Arab.

----

Ketika orang-orang Mekah mengetahui nama baik itu mereka heran. "Namanya Muhammad?" tanya mereka.

"Muhammad, nama apa itu?"

Saat itu, kebanyakan orang Arab memberi nama anaknya dengan nama berhala yang disembah.

"Mengapa engkau memberi nama Muhammad?" tanya  mereka.

Abdul Muthalib hanya tersenyum, "Aku ingin dia menjadi anak yang terpuji, terpuji di langit dan terpuji di bumi."

Muhammad kemudian disusui oleh Tsuwaibah. Dia adalah hamba sahaya Abu Lahab. Kebetulan saat itu dia sedang menyusui putranya.

Beberapa hari kemudian datanglah rombongan dari perkampungan Bani Sa'ad. Mereka adalah para perempuan yang biasa mengambil upah menyusui anak-anak Quraisy.

Kita lanjutkan besok ya kisahnya.....ln syaa Allah

✍️Editor : Ustadzah Ratna

📔MATERI 20📔

🌻🌻🌻⭐️🌻🌻🌻