FATWA
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 99/DSN-MUI/XII/2015
Tentang
Anuitas Syariah Untuk Program Pensiun
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 99/DSN-MUI/XII/2015
Tentang
Anuitas Syariah Untuk Program Pensiun
بِسْمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dewan
Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah
Menimbang
|
:
|
|
Mengingat
|
:
|
...
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى
ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ ...
"...
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan ..."
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌۭ مَّا قَدَّمَتْ
لِغَدٍۢ ۖ ...
إِنَّ
ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِى
ٱلْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۭ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًۭا ۖ وَمَا تَدْرِى
نَفْسٌۢ بِأَىِّ أَرْضٍۢ تَمُوتُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۢ
"Sesungguhnya
Allah, hanya di sisi-Nya sajalah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya
besok. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal."
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ
إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً عَن تَرَاضٍۢ مِّنكُمْ ۚ ...
"Hai
orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil) harta orang lain
secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di
antara kalian ..."
ٱلَّذِينَ
يَأْكُلُونَ ٱلرِّبَوٰا۟ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِى
يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيْطَٰنُ مِنَ ٱلْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوٓا۟
إِنَّمَا ٱلْبَيْعُ مِثْلُ ٱلرِّبَوٰا۟ ۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ
ٱلرِّبَوٰا۟ ۚ فَمَن جَآءَهُۥ مَوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ
مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ
ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
"Orang-orang
yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوا۟ ٱلرِّبَوٰٓا۟ أَضْعَٰفًۭا مُّضَٰعَفَةًۭ ۖ
وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Hai
orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapat keberuntungan."
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَوْفُوا۟ بِٱلْعُقُودِ ۚ ...
"Hai
orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu ..."
إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا ...
"Sesungguhnya
Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya
..."
مَنْ
نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ
كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ ،
يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ
مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللَّهُ فِي عَوْنِ
الْعَبْدِ، مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ.
"Barang
siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; siapa saja yang memberikan kemudahan
terhadap orang yang sedang kesulitan, Allah akan memberinya kemudahan di
dunia dan akhirat; barang siapa menutup aib muslim yang lain, maka Allah akan
menutup aibnya di dunia dan akhirat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya
selama ia (suka) menolong saudaranya."
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ
بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
"Perumpamaan
orang beriman dalam kasih sayang mereka, saling mengasihi dan saling
mencintai bagaikan satu tubuh; jikalau satu bagian menderita sakit, maka
bagian lain akan turut merasakan susah tidur dan demam."
الْمُؤْمِنُ
لِلْمُؤْمِن كَالْبُنْيَان يَشُدُّ بَعْضُه بَعْضًا.
"Seorang
mukmin dengan mukmin yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan
bagian yang lain."
الصُّلْحُ
جَائِزٌ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ إِلاَّ صُلْحًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ
حَرَامًا وَالْمُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ إِلاَّ شَرْطًا حَرَّمَ حَلاَلاً
أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا.
"Shulh
(penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk mufakat) dapat dilakukan di
antara kaum muslimin kecuali shulh yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang
diberlakukan di antara mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram."
اغْتَنِمْ
خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ
سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ،
وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
"Ambillah
kesempatan dalam lima kondisi sebelum datang kondisi lainnya: mudamu sebelum
tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu
sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu."
بَعَثَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْثًا قِبَلَ السَّاحِلِ
فَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ وَهُمْ ثَلَاثُ
مِائَةٍ، قَالَ: وَأَنَا فِيهِمْ، قَالَ: فَخَرَجْنَا حَتَّى إِذَا كُنَّا
بِبَعْضِ الطَّرِيقِ فَنِيَ الزَّادُ، فَأَمَرَ أَبُو عُبَيْدَةَ بِأَزْوَادِ
ذَلِكَ الْجَيْشِ، فَجُمِعَ ذَلِكَ كُلُّهُ، فَكَانَ مِزْوَدَيْ تَمْرٍ. قَالَ:
فَكَانَ يُقَوِّتُنَاهُ كُلَّ يَوْمٍ قَلِيلاً قَلِيلاً حَتَّى فَنِيَ وَلَمْ
تُصِبْنَا إِلَّا تَمْرَةٌ تَمْرَةٌ، فَقُلْتُ: وَمَا تُغْنِي تَمْرَةٌ،
فَقَالَ: لَقَدْ وَجَدْنَا فَقْدَهَا حَيْثُ فَنِيَتْ، قَالَ: ثُمَّ
انْتَهَيْنَا إِلَى الْبَحْرِ فَإِذَا حُوتٌ مِثْلُ الظَّرِبِ فَأَكَلَ مِنْهُ
ذَلِكَ الْجَيْشُ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ لَيْلَةً، ثُمَّ أَمَرَ أَبُو عُبَيْدَةَ
بِضِلْعَيْنِ مِنْ أَضْلَاعِهِ فَنُصِبَا ثُمَّ أَمَرَ بِرَاحِلَةٍ فَرُحِلَتْ
ثُمَّ مَرَّتْ تَحْتَهُمَا وَلَمْ تُصِبْهُمَا.
"Rasulullah
s.a.w. pernah mengirim pasukan menuju tepi laut. Rasulullah s.a.w. menunjuka
Abu 'Ubaydah bin al-Jarrah sebagai pemimpin pasukan yang jumlahnya 300 orang.
Jabir berkata, "Aku termasuk di antara mereka". Lalu Jabir
melanjutkan, "Kami pun berangkat hingga ketika telah sampai di sebagian
perjalanan, stok makanan menipis. Abu 'Ubaydah memerintahkan agar seluruh
stok makanan (zaad) pasukan dikumpulkan semua. Hasilnya (setelah dikumpulkan)
mencapai 2 (dua) wadah besar kurma. Abu 'Ubaydah memberi makan kami dengan
kurma-kurma itu setiap hari, sedikit demi sedikit hingga nyaris habis dan
(hingga) kami hanya mendapatkan masing-masing satu buah kurma (untuk satu
hari satu malam). Aku (Wahb bin Kaysaan) bertanya (kepada Jabir),
"Bagaimana satu buah kurma dapat mencukupi?". Jabir berkata,
"Kami mendapati ketiadaan kurma amat berpengaruh saat habis". Jabir
melanjutkan, "Kemudian kami tiba di laut. Tiba-tiba seekor ikan seperti
gunung kecil (terdampar). Para pasukan memakannya selama 18 (delapan belas)
malam. Kemudian Abu 'Ubaydah memerintahkan (untuk mengambil) 2 buah tulang
rusuknya dan ditegakkan. Lalu ia memerintahkan agar seekor unta dijalankan di
bawah kedua tulang rusuk (yang ditegakkan tersebut) dan (ternyata) tubuh unta
tidak mengenainya."
خَفَّتْ
أَزْوَادُ الْقَوْمِ وَأَمْلَقُوا، فَأَتَوا النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم -
فِى نَحْرِ إِبِلِهِمْ فَأَذِنَ لَهُمْ، فَلَقِيَهُمْ عُمَرُ فَأَخْبَرُوهُ،
فَقَالَ: مَا بَقَاؤُكُمْ بَعْدَ إِبِلِكُمْ، فَدَخَلَ عَلَى النَّبِىِّ صلى
الله عليه وسلم، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا بَقَاؤُهُمْ بَعْدَ
إِبِلِهِمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : نَادِ فِى النَّاسِ
فَيَأْتُونَ بِفَضْلِ أَزْوَادِهِمْ. فَبُسِطَ لِذَلِكَ نِطَعٌ، وَجَعَلُوهُ
عَلَى النِّطَعِ. فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَدَعَا وَبَرَّكَ
عَلَيْهِ ثُمَّ دَعَاهُمْ بِأَوْعِيَتِهِمْ فَاحْتَثَى النَّاسُ حَتَّى
فَرَغُوا، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ .
"Bekal
makanan suatu kaum nyaris habis sementara mereka amat membutuhkan. Mereka
mendatangi Nabi s.a.w untuk (meminta izin) menyembelih unta mereka. Lalu Nabi
s.a.w mengizinkan mereka (menyembelihnya). Umar r.a. bertemu mereka. Mereka
memberitahu Umar tentang (kondisi) mereka. Umar bertanya, "Lalu apa yang
tersisa setelah unta kalian (disembelih)?" Umar (segera) menemui Nabi
s.a.w dan berkata, "Wahai Rasulullah. Apa sisa mereka setelah unta
mereka (disembelih)?". Rasulullah bersabda, "Panggil mereka!"
Mereka pun datang dengan membawa kelebihan bekal mereka. Sebuah tikar/alas
tebal dari kulit (nitha') digelar dan mereka meletakkan sisa bekal mereka di
atasnya. Lalu Rasulullah s.a.w berdiri, berdoa dan memberkatinya. Kemudian beliau
memanggil mereka untuk membawa wadah-wadah mereka. Orang-orang meraupnya
dengan kedua telapak tangan mereka hingga mereka memenuhi (wadah-wadah
mereka). Rasulullah s.a.w bersabda, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah."
لَمَّا
كَانَ غَزْوَةُ تَبُوكَ أَصَابَ النَّاسَ مَجَاعَةٌ. قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ : لَوْ أَذِنْتَ لَنَا فَنَحَرْنَا نَوَاضِحَنَا فَأَكَلْنَا
وَادَّهَنَّا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : افْعَلُوا. قَالَ
فَجَاءَ عُمَرُ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ فَعَلْتَ قَلَّ الظَّهْرُ
وَلَكِنِ ادْعُهُمْ بِفَضْلِ أَزْوَادِهِمْ ثُمَّ ادْعُ اللَّهَ لَهُمْ
عَلَيْهَا بِالْبَرَكَةِ لَعَلَّ اللهَ أَنْ يَجْعَلَ فِى ذَلِكَ.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: نَعَمْ. قَالَ فَدَعَا بِنِطَعٍ فَبَسَطَهُ ثُمَّ دَعَا بِفَضْلِ أَزْوَادِهِمْ - قَالَ - فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَجِىءُ بِكَفِّ ذُرَةٍ - قَالَ - وَيَجِىءُ الآخَرُ بَكَفِّ تَمْرٍ - قَالَ - وَيَجِىءُ الآخَرُ بِكِسْرَةٍ حَتَّى اجْتَمَعَ عَلَى النِّطَعِ مِنْ ذَلِكَ شَىْءٌ يَسِيرٌ - قَالَ - فَدَعَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَيْهِ بِالْبَرَكَةِ ثُمَّ قَالَ : خُذُوا فِى أَوْعِيَتِكُمْ. قَالَ فَأَخَذُوا فِى أَوْعِيَتِهِمْ حَتَّى مَا تَرَكُوا فِى الْعَسْكَرِ وِعَاءً إِلاَّ مَلأُوهُ - قَالَ - فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا وَفَضِلَتْ فَضْلَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ لاَ يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فَيُحْجَبَ عَنِ الْجَنَّةِ.
"Saat
perang Tabuk, para sahabat mengalami kelaparan berat. Mereka berkata,
"Wahai Rasulullah! Kalau saja engkau mengizinkan kami menyembelih
unta-unta kami, sehingga kami dapat memakannya dan kami dapat mengambil
minyak dari lemaknya." Rasulullah s.a.w. menjawab,
"Lakukanlah!" Lalu Umar r.a. datang dan berkata, "Wahai
Rasulullah! Jika engkau lakukan itu (mengizinkan mereka menyembelih unta)
maka hewan tunggangan menjadi sedikit. Tetapi (sebaiknya) engkau
memerintahkan mereka untuk mengumpulkan sisa bekal mereka, lalu berdoalah
kepada Allah (memohon) keberkahan atas sisa bekal tersebut, agar Allah
memberikan (keberkahan itu) padanya." Rasulullah s.a.w. menjawab,
"Baik."
Perawi berkata, selanjutnya Rasulullah s.a.w. meminta tikar/alas (yang terbuat dari kulit) dan menggelarnya. Beliau s.a.w. meminta mereka mengumpulkan sisa bekal mereka. Seseorang datang dengan segenggam gandum. Yang lain datang dengan membawa segenggam kurma. Yang lain lagi datang dengan membawa sepotong roti, sehingga dalam tikar kulit itu terkumpul makanan yang (jumlahnya) sedikit. Rasulullah s.a.w. berdoa memohon keberkahan untuk makanan yang terkumpul. Kemudian beliau s.a.w. bersabda, "Ambillah (makanan ini) ke dalam wadah-wadah kalian." Mereka pun mengambil dan memasukkanya ke wadah-wadah mereka hingga tidak membiarkan satu wadah pun dalam barak kecuali mereka penuhi dengan makanan tersebut. Mereka makan hingga kenyang dan masih tersisa. Rasulullah s.a.w. bersabda, "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Tidak ada seorang hamba yang tidak ragu (dalam keimanannya) yang berjumpa dengan Allah dengan membawa dua pengakuan tersebut lalu ia dihalangi masuk surga."
إِنَّ
الْأَشْعَرِيِّينَ إِذَا أَرْمَلُوا فِي الْغَزْوِ أَوْ قَلَّ طَعَامُ
عِيَالِهِمْ بِالْمَدِينَةِ جَمَعُوا مَا كَانَ عِنْدَهُمْ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ
ثُمَّ اقْتَسَمُوهُ بَيْنَهُمْ فِي إِنَاءٍ وَاحِدٍ بِالسَّوِيَّةِ فَهُمْ
مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ.
"Saat
komunitas Asy'ariyyin kehabisan (makanan) dalam peperangan atau bekal
keluarga mereka berkurang saat di Madinah, mereka mengumpulkan apa saja yang
masih ada pada mereka dalam satu kain. Kemudian mereka membagi-bagikannya di
antara mereka dalam (takaran) satu wadah secara merata. Mereka adalah bagian
dari aku dan aku adalah bagian dari mereka."
مَرَّ
عُمَرُ ابْنُ الخَطَّابِ رضي الله عنه بِبَابِ قَوْمٍ وَعَلَيْهِ سَائِلٌ
يَسْأَل، شَيْخٌ كَبِيْرٌ ضَرِيْرُ الْبَصَرِ، فَضَرَبَ عَضُدَهُ مِنْ خَلْفِهِ،
وَقَالَ : مِنْ أَيِّ أَهْلِ الكِتَابِ أَنْتَ؟ قَالَ : يَهُوْدِيٌّ، قَالَ :
فَمَا أَلْجَأَكَ إِلَى مَا أَرَى؟ قَالَ : أَسْأَلُ الْجِزْيَةَ وَالْحَاجَةَ
وَالسِّنَّ، قَالَ : فَأَخَذَ عُمَرُ بِيَدِهِ وَذَهَبَ بِه ِإِلىَ مَنْزِلِهِ،
فَرَضَخَ لَهُ بِشَيْئٍ مِنَ الْمَنْزِلِ، ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَى خَازِنِ بَيْتِ
الْمَالِ. فَقَالَ : انْظُرْ هَذَا وَضُرَبَائَهُ فَوَاللهِ مَا أَنْصَفْنَاهُ
أَكَلْنَا شَبِيّبَتَهُ ثُمَّ نَخْذُلُهُ عِنْدَ الْهَرَمِ، (إِنَّمَا
الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ) وَالْفُقَرَاءُ هُمُ
الْمُسْلِمُوْنَ وَهَذَا مِنَ الْمَسَاكِيْن مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَوَضَعَ
عَنْهُ الْجِزْيَةَ وَعَنْ ضُرَبَائِهِ.
"Pada
dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan, kecuali ada dalil
yang mengharamkannya."
"Segala
madharat (bahaya) harus dihilangkan." (As-Suyuthi, Al-Asybah wan
Nadzair, 60)
"Segala
madharat (bahaya) harus dihindarkan sedapat mungkin." (As-Suyuthi,
Al-Asybah wan Nadzair, 62)
Kebijakan
pemimpin terhadap rakyat harus mempertimbangkan mashlahat.
|
Memperhatikan
|
:
|
أَنْ
يَكُوْنَ الغَرَرُ فِي عَقْدِ مُعَاوَضَةٍ مَالِيَةٍ أَوْ مَا بِمَعْنَاهَا
مِثْلُ البَيْعِ وَالإِجَارَةِ وَالشِّرْكَةِ فَلَا يُؤَثِّرُ الغَرَرُ فِي
عُقُودِ التَّبَرُّعَاتِ وَلَوْ كَانَ كَثِيْرًا مِثْلُ الهِبَةِ وَالوَصِيَّةِ
"Gharar
(yang merusak legalitas akad) adalah gharar yang terdapat dalam kontrak
pertukaran (mu'awadhat) dan yang dipersamakan dengan itu antara lain berupa
akad jual-beli, ijarah, dan syirkah. Sebaliknya, gharar tidak merusak
legalitas akad tabarru' meski dominan, antara lain akad hibah dan
wasiat."
أَمَّا
بَعْدُ: فَإِنَّ اللّهَ سُبْحَانَهُ إِنَّمَا أَنْ تُؤْخَذَ الجِزْيَةُ مِمَّنْ
رَغِبَ عَنِ الإِسْلَامِ وَاخْتَارَ الكُفْرَ عَتيًا وَخُسْرَانًا مُبِيْنًا،
فَضَعْ الجِزْيَةَ عَلَى مَنْ أَطَاقَ حَمْلَهَا وَخَلِّ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ
عِمَارَة الأَرْضِ، فَإِنَّ فِي ذَلِكَ صَلَاحًا لِمَعَاشِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَقُوَّةً عَلَى عَدُوِّهِمْ، ثُمَّ انْظُر مِن قَبلِك مِن أَهْل الذِّمَة مَنْ
كَبُرَتْ سِنُّهُ وَضَعُفَتْ قُوَّتُهُ وَولَّتْ عَنْهُ الْمَكَاسِبُ فَأَجْرِ
عَلَيْهِ مِنْ بَيْتِ مَالِ الْمُسْلِمِيْنَ مَا يُصْلِحُهُ، فَلَوْ أَنَّ
رَجُلًا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ كَانَ لَهُ مَمْلُوْكٌ كَبُرَتْ سِنُّهُ
وَضَعُفَتْ قُوَّتُهُ وَوَلَّتْ عَنْهُ الْمَكَاسِبُ كَانَ مِنَ الْحَقِّ
عَلَيْهِ أَنْ يَقُوْتَهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ عِتْقٌ ؟
وَذَلِكَ أَنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّ أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ مَرَّ بِشَيْخٍ مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ يَسْأَلُ عَلَى أَبْوَابِ
النَّاسِ، فَقَالَ : مَا أَنْصَفْنَاكَ أَنْ كُنَّا أَخَذْنَا مِنْكَ الجِزْيَةَ
فِي شَبِيْبَتِكَ ثُمَّ ضَيَّعْنَاكَ فِي كِبَرِكَ، قَالَ : ثُمَّ أَجْرَى
عَلَيْهِ مِنْ بَيْتِ الْمَالِ مَا يُصْلِحُهُ .
"Amma
Ba'du: Sesungguhnya Allah yang Maha Suci (menetapkan ketentuan) memungut
pajak dari orang yang tidak suka masuk Islam dan (tetap) memilih jadi kafir,
(bagi mereka tercela dan kerugian yang nyata), maka tetapkanlah pajak bagi
mereka yang mampu menanggungnya, dan biarkan mereka mereka bebas, karena yang
demikian ada kebaikan bagi umat Islam dan kekuatan bagi musuh mereka.
Kemudian lihatlah ahli dzimmah yang sudah tua dan lemah serta tidak mampu
bekerja, maka cukupilah biaya yang dibutuhkannya dari baitul mal. Maka
seaindainya seorang muslim mempunyai budak yang sudah tua, lemah dan tidak
kuat bekerja maka wajib baginya untuk merawatnya hingga maut memisahkan
antara mereka atau budak tersebut telah merdeka? Hal itu karena sampai
kepadaku cerita bahwa Amiral Mukminin Umar r.a. bertemu seorang ahli dzimmah
tua yang meminta-minta di pintu-pintu rumah, kemudian beliau berkata: kami
tidak adil jika memungut pajak darimu sewaktu kamu kuat kemudian
menyia-nyiakanmu ketika kamu tua, kemudian beliau berkata: maka cukupilah
biaya yang dibutuhkannya dari baitul mal."
وَيَجُوْزُ
التَّوْكِيْلُ بِجُعْلٍ وَغَيْرِ جُعْلٍ، فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَألِهِ وَسَلَّمَ وَكَّلَ أُنَيْسًا فِيْ إِقَامَةِ الْحَدِّ،
وَعُرْوَةَ فِيْ شِرَاءِ شَاةٍ، وَأبَا رَافِعٍ فِيْ قَبُوْل النِّكَاحِ
بِغَيْرِ جُعْلٍ؛ وَكَانَ يَبْعَثُ عُمَّالَهُ لِقَبْضِ الصَّدَقَاتِ وَيَجْعَلُ
لَهُ عُمولَةً
"Akad
taukil (wakalah) boleh dilakukan baik dengan imbalanmaupun tanpa imbalan. Hal
itu karena Nabi s.a.w. pernah mewakilkan kepada Unais untuk melaksanakan
hukuman, kepada Urwah untuk membeli kambing, kepada Abu Rafi dalam menerima
pernikahan, dan beliau mengutus pegawai-pegawainya untuk menerima sedekah
(zakat) serta menjadikannya sebagai amil yang mendapat imbalan."
وَقَوْلُهُ:
(وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ) قَدْ دَلَّ عَلَى مَا ذَكَرْنَا مِنْ
جَوَازِ الْمُشَارَكَةِ، وَالْخُلْطَةِ، عَلَى أَنَّهُ يَسْتَحِقُّ الثَّوَابُ
بِمَا يَتَحَرَّى فِيهِ الْإِصْلَاحَ مِنْ ذَلِكَ؛ لِأَنَّ قَوْلَهُ :
(فَإِخْوَانُكُمْ) قَدْ دَلَّ عَلَى ذَلِكَ؛ إذْ هُوَ مَنْدُوبٌ إلَى مَعُونَةِ
أَخِيهِ وَتَحَرِّي مَصَالِحِهِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: (إنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ
إخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ) وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا دَامَ الْعَبْدُ فِي
عَوْنِ أَخِيهِ) فَقَدْ انْتَظَمَ قَوْلُهُ: "فَإِخْوَانُكُمْ"
الدَّلَالَةَ عَلَى النَّدْبِ، وَالْإِرْشَادِ وَاسْتِحْقَاقِ الثَّوَابِ بِمَا
يَلِيهِ مِنْهُ. فَإِذَا كَانَ اللَّهُ قَدْ أَبَاحَ فِي أَمْوَالِ الْأَيْتَامِ
فَهُوَ فِي مَالِ الْعُقَلَاءِ الْبَالِغِينَ بِطِيبَةِ أَنْفُسِهِمْ أَجْوَزُ
وَنَظِيرُهُ فِي تَجْوِيزِهِ الْمُنَاهَدَةَ.
"Firman
Allah 'dan jika kalian menyatukan mereka, maka mereka adalah saudara-saudara
kalian' membuktikan kepada apa yang telah saya jelaskan (sebelumnya) bahwa
musyarakah ini diizinkan, (dan juga) membuktikan bahwa praktek tersebut layak
diberi pahala mengingat adanya unsur ishlah (perbaikan, lawan kata dari
ifsad). Pernyataan Allah 'mereka adalah saudara kalian' membuktikan hal itu,
karena ia dianjurkan menolong saudaranya dan memperhatikan kepentingannya,
sebagaimana Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman
adalah saudara. Karena itu, damaikankanlah antara dua saudara kalian."
Dan Nabi s.a.w. bersabda, "Allah berada posisi melindungi hambaNya
selama hamba tersebut berada dalam posisi melindungi saudaranya." Dengan
demikian, pernyataan "maka mereka adalah saudara-saudara kalian"
memberikan pesan anjuran, petunjuk dan kelayakan perolehan pahala sebagai
konsekuensinya." "Jika Allah membolehkan (hal tersebut) pada harta
anak yatim (yang notabenenya belum baligh dan belum dewasa dalam berpikir),
tentu pada harta orang yang dewasa dan sudah baligh –dengan kerelaan mereka
sendiri– lebih dibolehkan. Kasus yang sama –dalam hal dibolehkan- adalah
praktek munahadah."
قَالَ
عُلَمَاؤُنَا: فِي هَذِهِ الْآيَةِ دَلِيلٌ عَلَى جَوَازِ الِاجْتِمَاعِ عَلَى
الطَّعَامِ الْمُشْتَرَكِ وَأَكْلِهِ عَلَى الْإِشَاعَةِ. وَلَيْسَ فِي هَذِهِ
الْآيَةِ دَلِيلٌ عَلَى مَا قَالُوهُ؛ لِأَنَّهُ يَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ كُلُّ
وَاحِدٍ مِنْهُمْ قَدْ أَعْطَاهُ وَرِقَهُ مُفْرَدًا، فَلَا يَكُونُ فِيهِ
اشْتِرَاكٌ.
"Para
ulama kami mengatakan bahwa dalam ayat ini terdapat petunjuk mengenai
legalisasi berkumpul pada hidangan yang dimiliki bersama dan memakannya
secara acak (tanpa kadar tertentu). (Padahal) dalam ayat ini tidak ada
petunjuk terhadap apa yang mereka katakan, karena terbuka kemungkinan
masing-masing Ash-hab al-Kahf memberikan uangnya masing-masing (secara
terpisah). Dengan begitu tidak ada kepemilikan bersama (pada makanan yang
dibeli)."
الرَّابِعُ:
أَنَّهَا نَزَلَتْ فِي الْمُسَافِرِينَ يَخْلِطُونَ أَزْوِدَتَهُمْ، فَلَا
يَأْكُلُ حَتَّى يَأْتِيَ الْآخَرُ، فَأُبِيحَ ذَلِكَ لَهُمْ. وَهَذَا الْقَوْلُ
تَضَمَّنَ جَمِيعَ ذَلِكَ، فَيَجُوزُ لِلرَّجُلِ أَنْ يَأْكُلَ مَعَ الْآخَرِ،
وَلِلْجَمَاعَةِ، وَإِنْ كَانَ أَكْلُهُمْ لَا يَنْضَبِطُ، فَقَدْ يَأْكُلُ
الرَّجُلُ قَلِيلًا وَالْآخَرُ كَثِيرًا، وَقَدْ يَأْكُلُ الْبَصِيرُ أَكْثَرَ
مِمَّا يَأْكُلُ الْأَعْمَى، فَنَفَى اللَّهُ الْحَرَجَ عَنْ ذَلِكَ كُلِّهِ،
وَأَبَاحَ لِلْجَمِيعِ الِاشْتِرَاكَ فِي الْأَكْلِ عَلَى الْمَعْهُودِ، مَا
لَمْ يَكُنْ قَصْدًا إلَى الزِّيَادَةِ، عَلَى مَا رَوَى ابْنُ عُمَرَ أَنَّ
النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - «نَهَى عَنْ الْقِرَانِ فِي
التَّمْرِ إلَّا أَنْ يَسْتَأْذِنَ الرَّجُلُ أَخَاهُ. وَهَذَا هُوَ النِّهْدُ
الَّذِي يَجْتَمِعُ عَلَيْهِ الْقَوْمُ .
"Pendapat
keempat (mengatakan), ayat ini turun terkait (tradisi) para musafir yang
menggabungkan sebagian stok makanan bawaan mereka, hingga bahkan sebagian
dari mereka enggan makan sampai temannya yang lain datang. (Ayat ini lalu
menjelaskan) bahwa mereka diizinkan untuk itu (makan bersama atau sendirian).
Pendapat keempat ini mencakup kandungan pendapat-pendapat sebelumnya. (Dengan
ayat ini) seseorang atau beberapa orang (jamaa'ah) dapat makan bersama yang
lain bersama-sama, meski kadar makanan mereka tidak dapat dibatasi. Bisa jadi
salah seorang dari mereka makan sedikit, sedangkan yang lainnya makan banyak.
Bisa jadi (juga) yang melihat makan lebih banyak daripada yang buta. Allah
menyatakan tidak ada masalah dengan hal itu semua. Allah membolehkan makan
bersama-sama (dari satu makanan gabungan) sebagaimana tradisi yang berlaku
selama tidak bertujuan (ingin mendapatkan) kelebihan. (Yang terakhir ini)
didasarkan pada hadis riwayat Ibn Umar r.a. bahwa Nabi s.a.w. melarang
menyatukan kurma kecuali jika orang itu sudah meminta izin kepada saudaranya.
(Makanan milik bersama) ini adalah hidangan bersama yang dikerubungi oleh
mereka (untuk dimakan bersama)."(Ahkam al-Qur'an, Ibnu al-Arabi, 3/426)
|
MEMUTUSKAN
Menetapkan
|
:
|
ANUITAS SYARIAH UNTUK PROGRAM
PENSIUN
|
Pertama
|
|
|
Kedua
|
:
|
Ketentuan Hukum
Anuitas
Syariah (al-Ratib al-Taqa`udi al-Islami) untuk Program Pensiun boleh
dilakukan dengan berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
Fatwa ini.
|
Ketiga
|
:
|
Ketentuan Akad
|
Keempat
|
:
|
Ketentuan terkait Dana Tanahud
|
Kelima
|
:
|
Ketentuan terkait Pengelolaan Dana
Tanahud
|
Keenam
|
:
|
Ketentuan terkait Pengembalian
Dana Tanahud
Dalam
hal Peserta-Kolektif menyepakati adanya Pengembalian Dana- Tanahud sebelum
masa perjanjian berakhir, atau pembayaran Manfaat Anuitas berakhir, maka
Pengelola boleh membayarkan pengembalian Dana-Tanahud sesuai dengan
Perjanjian Anuitas Syariah.
|
Ketujuh
|
:
|
Ketentuan Penutup
|
Ditetapkan
di
|
:
|
Jakarta
|
Tanggal
|
:
|
10 Rabi’ al-Awwal 1437 H
22 Desember 2015 M
|
DEWAN
SYARI'AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua
DR.
KH. Ma'ruf Amin
|
Sekretaris
Dr.
H. Anwar Abbas, M.M., M.Ag.
|
Untuk dana pensiun Komunitas bisa klik http://www.takafuljakarta.com/2015/10/takafulink-salam-komunitas-untuk.html
Untuk persiapan pensiun dini pribadi klik http://www.takafuljakarta.com/2015/10/proteksi-dan-investasi-syariah.html
Untuk persiapan pensiun dini pribadi klik http://www.takafuljakarta.com/2015/10/proteksi-dan-investasi-syariah.html